images-3

armedia.news | Jakarta – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, akhirnya memberikan klarifikasi terkait julukan “Gubernur Konten” yang disematkan kepadanya dalam rapat antara sejumlah gubernur dan Komisi II DPR di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, pada 29 April 2025. Julukan tersebut pertama kali diucapkan oleh Gubernur Kalimantan Timur, Rudy Mas’ud, dalam pertemuan tersebut, yang kemudian viral di media sosial.

Dalam pernyataannya, Dedi Mulyadi menanggapi dengan santai dan menyebut bahwa aktivitasnya di media sosial bukan sekadar untuk popularitas pribadi, tetapi juga membawa dampak positif bagi efisiensi anggaran pemerintah provinsi. Ia mengklaim bahwa dengan kontennya yang sering viral, Pemprov Jawa Barat mampu menekan biaya iklan dari Rp 50 miliar menjadi hanya Rp 3 miliar.

“Biasanya iklan di Pemprov Jabar kerja sama medianya Rp 50 miliar. Sekarang cukup Rp 3 miliar tapi viral terus,” ujar Dedi dalam rapat tersebut.

Konten sebagai Strategi Komunikasi Pemerintah

Dedi Mulyadi dikenal sebagai kepala daerah yang aktif membagikan berbagai kegiatan pemerintahan melalui media sosial. Ia sering mengunggah video pertemuan dengan warga, aksi sosial, serta kebijakan yang diterapkan di Jawa Barat. Menurutnya, pendekatan ini tidak hanya meningkatkan transparansi pemerintahan, tetapi juga menghemat anggaran komunikasi publik yang sebelumnya dialokasikan untuk iklan di media konvensional.

Baca juga :  Kepsek SMAN 6 Depok Tetap Berkantor Meski sudah Dicopot

Namun, tidak semua pihak setuju dengan pendekatan ini. Beberapa kritikus menilai bahwa penggunaan media sosial oleh kepala daerah bisa menjurus pada pencitraan berlebihan. Meski demikian, Dedi Mulyadi menegaskan bahwa strategi digital yang ia terapkan bertujuan untuk menyampaikan informasi secara langsung kepada masyarakat tanpa perantara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Klarifikasi Dedi Mulyadi: Julukan “Gubernur Konten” Adalah Pujian

Menanggapi viralnya julukan tersebut, Dedi Mulyadi mengklarifikasi bahwa Gubernur Kalimantan Timur, Rudy Mas’ud, sebenarnya tidak bermaksud merendahkan dirinya. Dalam unggahan di akun Instagram pribadinya, Dedi menyebut bahwa Rudy Mas’ud justru ingin memberikan apresiasi atas cara dirinya mengelola komunikasi publik melalui media sosial.

“Pak Rudy Mas’ud sebenarnya ingin memuji saya. Tidak ada maksud memberikan stigma negatif,” ujar Dedi dalam unggahan tersebut.

Baca juga :  KPK Sita Motor Royal Enfield dari Mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil

Ia juga menjelaskan bahwa video yang beredar di media sosial telah dipotong sedemikian rupa sehingga menyebabkan persepsi negatif. Padahal, menurutnya, hubungan antara dirinya dan Rudy Mas’ud tetap baik, bahkan sejak mereka sama-sama berada di Partai Golkar.

Efek Penggunaan Media Sosial oleh Kepala Daerah

Fenomena kepala daerah yang aktif membuat konten di media sosial bukanlah hal baru. Namun, Dedi Mulyadi menjadi salah satu contoh nyata bagaimana strategi digital bisa diterapkan dalam kepemimpinan pemerintahan daerah. Dengan ribuan hingga jutaan penonton tiap kontennya, informasi program pemerintah tersampaikan tanpa harus mengandalkan media konvensional.

Meskipun ada pihak yang menilai bahwa kegiatan semacam ini bisa menjurus pada pencitraan berlebihan, efisiensi yang ditunjukkan Dedi Mulyadi memberikan bukti bahwa konten bisa menjadi alat komunikasi yang sah dan efektif bila dikelola dengan benar.

Bagaimana menurut Anda? Apakah strategi komunikasi digital seperti ini efektif dalam pemerintahan?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

About The Author

Tinggalkan Balasan