31.5 C
Jakarta
Senin, Mei 20, 2024

Ahok Berbicara Masalah Banjir di Ibu Kota

armedia.news | Jakarta – Sebagai Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok berbicara masalah banjir di Ibu Kota. Ahok bercerita, persoalan banjir telah menjadi perhatian sejak zaman kolonialisme Belanda hingga sekarang.

Beberapa upaya dilakukan demi mengatasi banjir, misalnya membangun sungai buatan, kanal pengendali banjir, hingga sumur resapan. Terlepas dari itu, kata dia, banjir di Jakarta berkaitan dengan adanya 13 sungai utama.

“Jadi kalau tidak salah kita ada 13 sungai utama. Nah Belanda ada konsep di antara 13 sungai utama itu ada 1.300 lebih sungai-sungai, kali-kali kecil untuk menghubungkan. Kenapa? Teori ini ketika air datang banyak, air itu bukan dibendung. Kalau dibendung dia bisa meluap. Nah bagaimana caranya didistribusikan merata,” katanya lewat unggahan video di channel YouTube Panggil Saya BTP, Jumat (3/5/2024) kemarin.

Baca juga :  Terobosan Bupati Bandung, Percepat dan Permudah Serah Terima PSU Perumahan

Ahok menjelaskan, salah satu tujuan pembangunan kanal adalah untuk membelokkan air yang berasal dari sungai Ciliwung dan dari Bendungan Katulampa agar tidak langsung masuk ke pusat Jakarta. Kemudian untuk masalah banjir rob, pada era Soeharto sudah diupayakan mengurangi genangan memakai pompa.

Namun, kalau hanya mengandalkan pompa untuk mengatasi banjir tentu butuh biaya mahal. Oleh karena itu dibangun sejumlah waduk.

“Lalu di zaman Pak Harto Mereka mulai menyadari kalau air laut lagi pasang ini kan nggak boleh air laut masuk ke dalam. Pakai pompa tidak bisa, pakai pompa kapasitas besar sekali, mau berapa uangnya kalau bisa pompa sampai 150 kubik per detik, itu pompa segede apa. Di situlah dibangun waduk. Dan rencana itu ada waduk di Barat, ada di Marunda, ada di Pluit,” bebernya.

Baca juga :  Bupati Mojokerto Gelar HLM TPID Untuk Kendalikan Stok-Harga Pangan Jelang Lebaran

Dengan adanya waduk, Ahok menilai pompa mampu bekerja membuang air ke laut. Namun, kemudian muncul masalah saat waduk-waduk tersebut dihuni masyarakat. Akibatnya terjadi pendangkalan dan kemampuan menampung airnya berkurang.

“Sayangnya waduk yang dibangun Pak Harto kemudian diduduki banyak orang sehingga terjadi pendangkalan, volume tampungnya jadi berkurang. Sungai-sungai juga (volumenya) jadi berkurang, tanggul tidak dirapikan, ada beberapa bolong. Ketika air laut pasang, ada pompa, air lautnya masuk lagi,” ujarnya.

Baca juga :  Bandung dan Bogor Menjadi Destinasi Favorit Warga Jakarta.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

Berita Populer

3 Manfaat Sperma Wanita

Manfaat Meremas Payudara

Eksplorasi konten lain dari ArMedia Published

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca