
armedia.news | Bandung – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengonfirmasi jika hasil tes DNA rambut yang ditemukan di Sukabumi itu 97% cocok dengan sampel Harimau Jawa.
Hasil pencocokan Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) antara sehelai rambut diduga harimau Jawa di Sukabumi dengan spesimen sampel harimau Jawa di yang ada di Museum Zoologicum Bogoriense, Bogor ternyata membuahkan hasil.
Dari pencocokan itu, BRIN menyatakan sehelai rambut diduga harimau Jawa yang ditemukan di Desa Cipeundeuy, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi pada 2019 lalu, termasuk satu kelompok dengan sampel harimau jawa di museum Bogor. Bahkan kecocokannya disebut mencapai 97 persen.
“Jadi kesamaannya itu, kan (sampel museum) 91 tahun lalu di spesimen itu, jadi ada perbedaan. Kesamaan (sehelai rambut) dengan harimau jawa spesimen itu sekitar 97 persen, jadi ada perbedaan sekitar 3 persen,” kata Wirdateti selaku peneliti mamalia, Ahli Utama Pusat Riset Biosistematik dan Evolusi BRIN, Sabtu (23/3).
Wirdateti menjelaskan, selain mencocokkan dengan sampel spesimen harimau Jawa di museum Bogor, tim peneliti juga mencocokkan sehelai rambut diduga harimau Jawa itu dengan sampel macan tutul dan harimau Sumatera.
Hasil pencocokan di antara macan tutul dan harimau Sumatera kata Wirdateti, jauh dengan hasil pencocokan dengan spesimen harimau Jawa yang tersimpan di mesum Bogor.
“Antara harimau yang dugaan rambut dibandingkan dengan macan tutul 8 persen, kalau dengan Sumatera itu sekitar 7 persen. Tapi kalau dengan spesimen harimau Jawa (di museum) itu 3 persen. Jadi tidak mungkin itu macan tutul, iya kan, jauh sekali sudah beda spesies,” ungkapnya.
BRIN kemudian menyimpulkan dan membuat laporan terkait penelitian sehelai rambut yang diduga harimau jawa yang ditemukan di Sukabumi adalah benar berasal dari harimau jawa.
Tapi dengan tegas Wirdateti menyatakan, benar tidaknya masih ada harimau Jawa yang sudah sejak lama dikatakan punah ini masih hidup di alam bebas, masih perlu diteliti lebih lanjut.
“Jadi itu menunjukkan bahwa rambut yang ditemukan itu benar adalah harimau Jawa, tapi ada benar tidaknya (masih ada) di alam, penelitiannya harus dilanjutkan, kan hanya satu sampel, harus perlu pengamatan lapangan lagi, penelitian genetik lagi,” ucap Teti sapaannya.
“Inikan hanya pembuktian ilmiah saja bahwa meyakinkan yang dikatakan sudah punah itu masih ada, tapi kalau mana bukti fisiknya, itu yang belum ada dan harus pengamatan lebih lanjut,” pungkasnya.