Asal usul virus zombie

Jakarta – Belum selesai dengan teka-teki seputar COVID-19, ilmuwan di dunia kini dibuat ketar-ketir oleh munculnya virus ‘zombie’ yang disebut-sebut berpotensi memicu pandemi baru. Sebenarnya, seperti apa bentuk virus ini dan bakal seperti apa efeknya jika menjangkit manusia?
Bukan seperti ‘zombie’ di film-film, virus yang dimaksud para ilmuwan kali ini adalah virus-virus kuno yang muncul akibat pencairan lapisan es permafrost Arktik di Siberia, yang berpotensi membuat manusia terkena penyakit. National Geographic mengartikan ‘permafrost’ sebagai lapisan beku permanen di bawah permukaan bumi yang terdiri dari tanah, kerikil, dan pasir, biasanya diikat oleh es.

Ahli genetika dan profesor emeritus di Fakultas Kedokteran Universitas Aix-Marseille di Prancis Selatan, Jean-Michel Claverie, PhD, telah melakukan penelitian ekstensif terhadap virus ‘zombie’ yang disebutnya sebagai ‘mikroba Methuselah’.

Baca juga :  Manfaat Meremas Payudara

Mengacu pada tulisan Claverie yang diterbitkan oleh Think Global Health pada 18 Januari, pada 2015, tim peneliti menemukan beberapa virus dari lapisan es, yang diperkirakan berusia 30.000 tahun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Sekarang jelas bahwa sebagian besar virus prasejarah dapat tetap menular dalam jangka waktu yang lebih lama,” tulis Claverie dikutip dari Fox News, Rabu (31/1/2024). Seraya ia menambahkan, menurut para peneliti, lapisan es Siberia yang sebelumnya stabil selama 400 ribu tahun kini ‘terancam’ akibat pemanasan global.

Pencairan es tersebut memicu pelepasan dan kebangkitan mikroba permafrost, termasuk mikroba purba dari akhir Pleistosen (100.000 tahun terakhir).

Baca juga :  Manfaat Berhubungan Intim Untuk Kesehatan Fisik dan Mental

“Sistem kekebalan tubuh kita (manusia) tidak pernah melakukan kontak dengan sebagian besar mikroba tersebut selama evolusinya,” tutur Claverie.

Claverie menjelaskan, penelitian sebelumnya telah mengidentifikasi berbagai jenis bakteri di lapisan es yang berkaitan dengan beberapa patogen umum pada manusia, di antaranya yakni Acinetobacter, Bacillus anthracis, Brucella, Campylobacter, Clostridia, Mycoplasma, berbagai Enterobacteria, Mycobacteria, Streptococci, Staphylococci dan Rickettsia.

“Sayangnya, seperti yang ditunjukkan oleh pandemi terkini (misalnya, COVID dan AIDS), setiap virus baru, bahkan yang terkait dengan keluarga yang telah diketahui sebelumnya, memerlukan pengembangan respons medis yang sangat spesifik, seperti antivirus dan vaksin baru,” pungkasnya.

About The Author

Tinggalkan Balasan

Eksplorasi konten lain dari ARMEDIA.news

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca