earthquake-25-ap-gmh-250328_1743175546966_hpEmbed_4x3.jpg

armedia.news | Bangkok, ibu kota Thailand, dikenal sebagai salah satu kota metropolitan yang berkembang pesat. Gedung-gedung pencakar langit menghiasi cakrawala, dan infrastruktur modern menopang kehidupan jutaan penduduknya. Namun, saat gempa dahsyat berkekuatan 7,7 magnitudo mengguncang Sagaing, Myanmar, dampaknya terasa hingga Bangkok, menyebabkan kerusakan pada bangunan serta infrastruktur kota. Fenomena ini bukanlah hal yang biasa, mengingat pusat gempa berada ratusan kilometer dari Bangkok. Lantas, apa yang membuat kota ini mengalami dampak yang begitu signifikan?

Fenomena Vibrasi Periode Panjang (Long Vibration Period)

Menurut Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, salah satu faktor utama yang menyebabkan kerusakan di Bangkok adalah fenomena Vibrasi Periode Panjang (Long Vibration Period). Ini adalah proses di mana gelombang gempa yang berasal dari sumber yang jauh dapat memberikan respons kuat terhadap tanah lunak yang terdapat di suatu wilayah. Bangkok memiliki karakteristik endapan sedimen tebal, yang membuatnya sangat rentan terhadap guncangan gempa yang berasal dari lokasi jauh.

Saat gelombang gempa memasuki wilayah dengan tanah lunak, endapan tersebut dapat memperkuat getaran dan menciptakan resonansi. Resonansi inilah yang meningkatkan risiko kerusakan pada bangunan tinggi, sebab gedung-gedung yang memiliki struktur fleksibel lebih mudah bergetar sesuai frekuensi gelombang gempa yang masuk ke wilayah tersebut.

Kasus Serupa: Gempa Meksiko 1985

Fenomena ini bukanlah hal yang baru dalam dunia gempa bumi. Gempa dahsyat yang terjadi di Meksiko pada tahun 1985 menjadi contoh klasik dari bagaimana efek tanah lunak dapat memperburuk dampak gempa.

Baca juga :  Starmer gives Zelensky 'full backing'

Pada saat itu, gempa dengan magnitudo 8,1 terjadi di zona subduksi Cocos, tepat di lepas pantai Michoacan, Meksiko. Meski episentrum gempa terletak 350 km dari Mexico City, kota ini mengalami kerusakan yang sangat parah, dengan lebih dari 9.500 korban jiwa. Penyebab utamanya adalah karakteristik tanah reklamasi di Mexico City, yang terdiri dari material tidak terkonsolidasi dan sangat berisiko saat terjadi gempa besar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemiripan Mexico City dengan Bangkok adalah adanya lapisan tanah lunak yang membuat getaran gempa semakin diperbesar dan berdampak pada bangunan tinggi.

Efek Direktivitas: Energi Gempa yang Terkonsentrasi

Selain vibrasi periode panjang, efek direktivitas juga berperan dalam kejadian ini. Efek ini terjadi ketika energi gempa lebih terkonsentrasi dalam satu arah, sehingga lokasi tertentu menerima dampak lebih besar dibandingkan wilayah lain yang berjarak sama dari episentrum.

Dengan adanya efek direktivitas, Bangkok mungkin berada dalam jalur penyebaran utama energi gempa. Semakin tinggi direktivitasnya, semakin besar kerusakan yang dialami oleh bangunan dan infrastruktur kota.

Bangunan Tinggi dan Tanah Lunak: Ancaman Saat Gempa

Bangunan tinggi di Bangkok dirancang untuk menahan gempa lokal, tetapi ketika berhadapan dengan gempa besar yang berasal dari jauh, permasalahan muncul. Tanah lunak memperpanjang periode getaran, sehingga gedung-gedung tersebut tetap berayun lebih lama dibandingkan bangunan yang berdiri di tanah yang lebih padat. Semakin tinggi bangunan dan semakin lama getaran berlangsung, semakin besar risiko kerusakan.

Baca juga :  Israel Luncurkan Serangan Udara Terbaru di Gaza: Krisis Kemanusiaan Memburuk

Selain gedung-gedung tinggi, beberapa jalan raya dan struktur bawah tanah juga terdampak akibat karakteristik tanah lunak. Fenomena perubahan lapisan tanah, seperti jalan yang amblas atau retak, bisa terjadi karena pergerakan endapan tanah akibat gelombang seismik.

Mitigasi dan Langkah Keamanan

Kasus gempa Myanmar yang berdampak pada Bangkok ini menjadi pengingat penting bagi kota-kota besar dengan kondisi tanah serupa. Pemerintah dan ahli seismologi perlu:
Mengembangkan sistem peringatan dini yang lebih efektif bagi kota dengan tanah lunak.
Melakukan evaluasi ulang terhadap struktur bangunan tinggi, terutama di daerah dengan endapan sedimen tebal.
Meningkatkan regulasi konstruksi agar gedung dan infrastruktur lebih tahan terhadap gempa jauh.

Dengan pemahaman yang lebih dalam mengenai Vibrasi Periode Panjang, Efek Direktivitas, dan karakteristik tanah lunak, langkah-langkah mitigasi yang tepat dapat mengurangi risiko gempa di kota besar seperti Bangkok.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

About The Author

Tinggalkan Balasan