
Pengertian dan Mekanisme
Vibrasi Periode Panjang (Long Vibration Period) adalah fenomena dalam seismologi yang terjadi ketika gelombang gempa dengan periode panjang merambat melalui tanah lunak dan menyebabkan resonansi yang signifikan pada struktur tinggi. Gelombang ini biasanya berasal dari gempa bumi yang terjadi jauh dari lokasi yang terdampak, tetapi karena karakteristik tanah dan frekuensi gelombang, dampaknya bisa sangat merusak.
Tanah lunak, seperti tanah lempung atau daerah yang telah direklamasi, memiliki sifat yang memungkinkan gelombang gempa dengan periode panjang untuk diperkuat melalui resonansi. Ini berarti bahwa meskipun gempa terjadi ratusan kilometer jauhnya, bangunan tinggi di daerah dengan tanah lunak dapat mengalami guncangan yang lebih besar dibandingkan dengan daerah yang memiliki tanah lebih padat.
Dampak pada Infrastruktur
Bangunan tinggi dan struktur besar seperti jembatan sangat rentan terhadap efek Vibrasi Periode Panjang. Ketika gelombang gempa dengan periode panjang mencapai daerah dengan tanah lunak, mereka dapat menyebabkan osilasi yang semakin kuat, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kerusakan struktural atau bahkan runtuhnya bangunan.
Fenomena ini pernah terjadi dalam beberapa gempa besar di dunia, termasuk gempa Michoacan di Meksiko tahun 1985, di mana meskipun pusat gempa berada sekitar 350 km dari Mexico City, kota tersebut mengalami kerusakan parah karena tanahnya yang lunak memperkuat efek gempa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kasus Gempa Myanmar
Gempa berkekuatan 7,7 magnitudo yang terjadi di Myanmar pada 28 Maret 2025 merupakan contoh nyata dari efek Vibrasi Periode Panjang. Getaran gempa ini tidak hanya menyebabkan kerusakan besar di Myanmar tetapi juga berdampak hingga Bangkok, Thailand, di mana sebuah gedung 30 lantai runtuh akibat resonansi tanah lunak.
Bangkok memiliki lapisan tanah lunak yang tebal, sehingga ketika gelombang gempa dari Myanmar mencapai kota tersebut, tanahnya merespons dengan membentuk resonansi yang memperkuat getaran. Akibatnya, gedung-gedung tinggi mengalami guncangan yang lebih besar dibandingkan dengan daerah lain yang lebih dekat ke pusat gempa tetapi memiliki tanah yang lebih padat.
Selain itu, efek direktivitas juga berperan dalam memperparah dampak gempa di Bangkok. Direktivitas terjadi ketika energi gempa terfokus dalam satu arah, menyebabkan daerah tertentu menerima intensitas guncangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain.
Gempa ini mengingatkan kita akan pentingnya memahami karakteristik tanah dalam perencanaan infrastruktur, terutama di kota-kota besar dengan banyak bangunan tinggi. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang Vibrasi Periode Panjang, langkah-langkah mitigasi seperti desain bangunan yang lebih tahan gempa dan pemetaan risiko seismik dapat dilakukan untuk mengurangi dampak gempa di masa depan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT